Pada postingan sebelumnya telah dibahas mengenai konfigurasi belitan kumparan jangkar pada stator secara wye, maka pada bagian dua (Part 2) ini akan dibahas mengenai konfigurasi Delta.
Gambar 1. Konfigurasi Delta
Pada gambar tersebut terlihat bahwa ujung-ujung belitan pada coil terhubung antara U1-V2, V1-W2 dan W1-U2. konfigurasi tersebut apabila dirubah perspektifnya dalam bentuk delta maka akan terlihat seperti gambar berikut.
Gambar 2. Hubungan tegangan dan arus pada konfigurasi Delta
Besar tegangan line (Vline) adalah sama dengan tegangan phasa (Vphasa), sedangkan arus pada konfigurasi ini memiliki nilai yang berbeda antara arus line (Iline) terhadap arus phasa (Iphasa).
dan
Apabila ditinjau secara fasor, besar arus phasa terhadap arus line adalah sebagai berikut :
Gambar 3. Fasor arus pada konfigurasi Delta.
Vektor Iphasa yang diputar sebesar 180° menghasilkan bentuk vektor baru yang memiliki magnitude sama dengan arah yang berbeda, disebut dengan Iphasa'. Besar sudut antara Iphasa' terhadap Iphasa adalah sebesar 60°, vasor Iline digeser tanpa merubah arah dan magnitudenya pada posisi diantara Iphasa' dan Iphasa. Pada kondisi ini sudut antara Iline dan Iphasa' atau Iphasa adalah 30°. Pada kondisi dapat dilakukan perhitungan secara trigonometri untuk menghitung magnitude dari vektor Iline dimana Besarnya arus line (I line) adalah arus phasa akar tiga :
Konfigurasi delta banyak digunakan pada kumparan primer trafo distribusi (sisi tegangan menengah 20 kV), selain itu digunakan juga pada motor 3 phasa berdaya besar. (AJ)
Comments