Sambaran petir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari, terutama ketika musim penghujan berlangsung. Petir sering kali muncul dari awan komulonimbus dimana secara visual terlihat seperti kilatan yang di ikuti dengan suara ledakan atau gemuruh.
Gambar 1. Awan Kumulonimbus
Dalam sistem ketenagalistrikan fenomena sambaran petir merupakan fenomena yang dapat mengganggu kestabilan dari sistem tenaga listrik, dikarnakan sambaran petir pada sistem jaringan listrik dapat menyebabkan gangguan atau kondisi transien berupa lonjakan tegangan dan arus secara tiba-tiba yang bersifat temporari maupun permanen. Bersifat temporari apabila gangguan tersebut hanya menyebabkan kondisi transient sementara yang tidak merusak dan dapat ditanggulangi oleh piranti proteksi yang ada, dan bersifat permanen apabila gangguan tersebut tidak dapat dihandle oleh piranti proteksi existing, sehingga merusak beberapa bagian atau keseluruhan dari sistem tenaga listrik, yang di indikasikan dengan adanya kondisi padam sesaat atau dalam durasi tertentu dikarnakan pihak operator perlu melakukan manuver beban dan maintenance terhadap bagian sistem yang rusak.
untuk meminimalisir kerusakan yang ditimbulkan oleh surja petir dan surja hubung, diperlukan piranti listrik yang mampu untuk mereduksi atau membatasi tegangan dan arus lebih yang ditimbulkan oleh kondisi transien tersebut dan mengalirkannya ke ground, piranti tersebut disebut dengan Lightning Arrester (LA).
Gambar 2. Lightning Arrestor 150 kV di Switchyard
Perinsip kerja dari LA adalah memberikan jalur untuk menetralisir terdekat ke tanah (Ground) apabila terjadi tegangan dan arus impuls yang di akibatkan oleh surja petir maupun surja hubung. Sehingga tegangan dan arus yang mengalir setelah melewati LA, memiliki magnitude yang relatif aman pada komponen listrik yang terpasang setelah LA, sehingga kondisi tersebut dapat meminimalisir kerusakan yang dapat disebabkan oleh kondisi transien.
Dalam kondisi normal LA bersifat isolator yang tidak dapat mengalirkan arus listrik, berbeda halnya jika terjadi sambaran petir yang mengakibatkan timbulnya tegangan surja, maka LA akan bersifat sebagai konduktor yang mengalirkan arus dan tegangan lebih ke tanah (Ground).
Salah satu upaya untuk mengetahui apakah piranti LA bekerja sebagaimana mestinya, dapat dilakukan dengan melihat nilai pertambahan angka atau jumlah sambaran yang ter-record dan terhitung oleh piranti yang disebut dengan surge counter (SC).
Gambar 3. Surge Counter
Data record surja petir maupun surja hubung yang dihitung oleh surge counter menjadi data riwayat kinerja dari piranti ligtning arrester (LA), sehingga apabila jumlah perhitungan yang tercatat oleh piranti SC tidak bertambah dalam kurun waktu tertentu disaat terjadi sambaran petir di sekitar jaringan, menjadi indikator bahwasannya perlu dilakukan pekerjaan maintenance pada piranti LA. Hal ini yang menjadi alasan mengapa piranti SC pada sistem tegangan 150 kV keatas, terpasang secara series dengan LA. Sehingga ketika terjadi surja petir maupun surja hubung, SC mengalami kondisi tegangan dan arus surja yang sama dengan LA. (AJ)
Comments